Wisata Kabupaten Lamongan
jawa timur
1. Sejarah Lamongan
Dulu Lamongan merupakan Pintu Gerbang ke
Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Panjalu, Kerajaan Jenggala, Kerajaan
Singosari atau Kerajaan Mojopahit, berada di Ujung Galuh, Canggu dan
kambang Putih ( Tuban). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan
Gujaratan (Gresik), merupakan daerah amat ramai , sebagai penyambung
hubungan dengan Kerajaan luar Jawa bahkan luar Negeri.
Zaman
Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur, Di Lamongan berkembang Kerajaan
kecil Malawapati ( kini dusun Melawan desa Kedung Wangi kecamatan
Sambeng ) dipimpin Raja Agung Angling darma dibantu Patih Sakti Batik
Maadrim termasuk kawasan Bojonegoro kuno. Saat ini masih tersimpan
dengan baik, Sumping dan Baju Anglingdarma didusun tersebut. Di sebelah
barat berdiri Kerajaan Rajekwesi di dekat kota Bojonegoro sekarang.
Pada
waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan
kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Merupakan daerah
penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih.
Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre
Pamotan atau Sri Baduga Bhrameswara paman Raja Hayam Wuruk ( Petilasan
desa Pamotan kecamatan Sambeng ), sebelumnya. Di bawah kendali Bhre
Wengker ( Ponorogo ). Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan
pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Biluluk (Bluluk) Daerah Tenggulunan
(Tenggulun Solokuro) , dan daerah Pepadhangan (Padangan Bojonegoro).
Menurut
buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang
mondok di Wonosrama Budha Syiwa bertempat di Balwa (desa Blawi
Karangbinangun) , di Pacira ( Sendang Duwur Paciran), di Klupang (Lopang
Kembangbahu) dan di Luwansa ( desa Lawak Ngimbang). Desa Babat
kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat
salah satu tempat penyeberangan diantar 42 temapt sepanjang aliran
bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam Prasasti Biluluk yang tersimpan
di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di
Lamongan yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa
temapt lainnya.
Menjelang
keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan
Keerajaan Sengguruh (Singosari) bergantian dengan Kerajaan Kertosono
(Nganjuk) dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan diperintah oleh
Demung, bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu
diperintah Rakrian Rangga samapi 1542M ( petilasan di Mushalla
KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan ). Kekuasaan Mojopahit di
bawah kendali Ario Jimbun (Ariajaya) anak Prabu Brawijaya V di
Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al
Fatah ( Raden Patah ) 1500 sampai 1518, lalu diganti anaknya, Adipati
Unus 1518 sampai 1521 M , Sultan Trenggono 1521 sampai 1546 M.
Dalam
mengembangkan ambisinya, sultan Trenggono mengutus Sunan Gunung Jati (
Fatahilah ) ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta,
danCirebon. Ke timur langsung dpimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem,
Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan ( Panarukan).
Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan
Rangga Kali Segunting ( Lamong ), ditaklukkan sendiri oleh Sultan
Trenggono 1541 . Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara
pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan sengguruh (Singosari)
dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki
Ageng Panuluh, mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak dipimpin Raden
Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi didaerah
Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.
Tahun
1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh
Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali
Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah
utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang
wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang.
Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman
Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing
10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik
menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya ( Soerodjojo)
hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan
Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong. Tanggal tersebut dipakai
sebagai Hari Jadi Lamongan.
Setelah
Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis
depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10
Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai
Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan
yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur
bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam
pengentasan banjir. Dulu ada pameo "Wong Lamongan nek rendeng gak iso
ndodok, nek ketigo gak iso cewok" tapi kini diatasi dengan semboyan dari
Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai "Memayu Raharjaning Praja"
yang benar benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam
memsejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling
membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat "Menehono mangan marang wong
kangluwe, menehono paying marangwong kang kudanan , menehono teken
marang wong kang wutho, menehono busaono marang wong kang wudho"
2. Wisata Lamongan
. Gua maharani
Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.Gua yang disebut juga sebagai gua Istana Maharani ini berada di kedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2. Diketemukan tanpa sengaja pada tanggal 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada tanggal 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan (saat itu Muhammad Faried)
2. Wisata Lamongan
. Gua maharani
Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.Gua yang disebut juga sebagai gua Istana Maharani ini berada di kedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2. Diketemukan tanpa sengaja pada tanggal 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada tanggal 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan (saat itu Muhammad Faried)
Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak di kurang lebih 500 m dari pantai laut Jawa dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban. Tidak jauh dari gua ini terdapat obyek wisata Wisata Bahari Lamongan atau yang terkenal dengan sebutan "Tanjung Kodok"
Istana Maharani, demikian goa ini dinamakan oleh Bupati Lamongan R.
Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan
usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya.
Goa Istana Maharani ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan fosfat dan pupuk dolomit yang dipimpin oleh mandor Sunyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah.
Nama maharani lahir dari mimpinya istri Sunyoto, sang mandor. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga - bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualisasikan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk gua yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko.
Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT. Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan Speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih tumbuh. Pertumbuhannya mencapai kurang lebih 1 Cm per sepuluh tahun. Karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth di Amerika Serikat dan gua Carlsbad di Perancis.
Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam gua dapat memancarkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Kabupaten Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona disamping Tanjung Kodok dan situs purbakala Makam Sunan Drajat. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone peralihan dan zone inti, lokasi gua ini 100 m ke timur dari Tanjung Kodok.
Di dalam Goa memang terdapat stalaktit dan stalagmit yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna, yang sangat indah bersinar - sinar seperti mutu manikam intan baiduri.
Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut Lingga Pratala (menyerupai alat vital laki-laki), Yoni Pratiwi (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, ada beberapa mitos yang dipercaya.
Salah satunya adalah tentang sosok Roro Ayu Mantili, putri dari kerajaan Madangkara, yang sering menampakkan diri di dalam gua didampingi para embannya.
Air suci ini bersumber pada sebuah sumur yang terletak di tengah gua yang berbentuk mulut naga. Air tersebut dapat dipergunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk seperti penyakit gila.
Menurut penuturan juru kunci Gua Maharani, Sugeng, bahwa setiap bulan suro Jumat Kliwon para wali Allah (Wali Songo) mengadakan pertemuan di dalam bagian gua yang berbentuk mulut naga tersebut. Ia juga pernah bertemu sapa dengan Bung Karno sebanyak dua kali di sana.
Pengunjung yang ingin memasuki gua inti tersebut diwajibkan untuk kulonuwon (meminta izin) dengan mengucapkan salam kepada Eyang Singojoyo dan Eyang Dewi Berinting.
Gua ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 07.30-12.00 WIB dan pukul 13.00-17.00 WIB.
. Tanjung Kodok
Goa Istana Maharani ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan fosfat dan pupuk dolomit yang dipimpin oleh mandor Sunyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah.
Nama maharani lahir dari mimpinya istri Sunyoto, sang mandor. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga - bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualisasikan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk gua yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko.
Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT. Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan Speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih tumbuh. Pertumbuhannya mencapai kurang lebih 1 Cm per sepuluh tahun. Karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth di Amerika Serikat dan gua Carlsbad di Perancis.
Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam gua dapat memancarkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Kabupaten Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona disamping Tanjung Kodok dan situs purbakala Makam Sunan Drajat. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone peralihan dan zone inti, lokasi gua ini 100 m ke timur dari Tanjung Kodok.
Di dalam Goa memang terdapat stalaktit dan stalagmit yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna, yang sangat indah bersinar - sinar seperti mutu manikam intan baiduri.
Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut Lingga Pratala (menyerupai alat vital laki-laki), Yoni Pratiwi (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, ada beberapa mitos yang dipercaya.
Salah satunya adalah tentang sosok Roro Ayu Mantili, putri dari kerajaan Madangkara, yang sering menampakkan diri di dalam gua didampingi para embannya.
Air suci ini bersumber pada sebuah sumur yang terletak di tengah gua yang berbentuk mulut naga. Air tersebut dapat dipergunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk seperti penyakit gila.
Menurut penuturan juru kunci Gua Maharani, Sugeng, bahwa setiap bulan suro Jumat Kliwon para wali Allah (Wali Songo) mengadakan pertemuan di dalam bagian gua yang berbentuk mulut naga tersebut. Ia juga pernah bertemu sapa dengan Bung Karno sebanyak dua kali di sana.
Pengunjung yang ingin memasuki gua inti tersebut diwajibkan untuk kulonuwon (meminta izin) dengan mengucapkan salam kepada Eyang Singojoyo dan Eyang Dewi Berinting.
Gua ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 07.30-12.00 WIB dan pukul 13.00-17.00 WIB.
. Tanjung Kodok
Pada jaman dahulu, ada jejaka dari daerah ini yang mencintai seorang
gadis dari Bawean. Gadis ini adalah puteri dari seorang pembesar, yang
sangat disegani di Bawean. Sedangkan jejaka itu pekerjaannya sehari-hari
sebagai nelayan. Ketika jejaka itu berkunjung ke Bawean untuk menjual
ikannya, maka kesempatan itulah untuk menemui si gadis.
Lama-kelamaan hubungan mereka diketahui oleh ayah si gadis. Ayahnya
sangat murka, akhirnya gadis itu dilarang untuk membeli ikan di pantai.
Begitu pula ayahnya telah mengancam, akan membunuh nelayan itu, jika dia
berkunjung ke Bawean lagi.
Hubungan mereka mengakibatkan kehamilan. Ayah si gadis sangat malu
dan geram, maka dengan tak terduga terdengarlah kata-kata dari mulut
sang ayah, "anak durhaka, kamu tidak pantas lagi menjadi anakku, maka
lebih baik kamu menjadi kodok". Seketika itu juga si gadis yang cantik
jelita berubah wujud menjadi kodok.
Mendengar kabar tersebut, sang jejaka menjadi sedih sekali. Maka
sejak itu dia selalu menyendiri di pantai. Dan dia memutuskan untuk
tinggal di pantai itu sampai akhir hayatnya.
Beberapa saat setelah dia tinggal di pantai, dia didatangi oleh
seekor kodok. Dan ketika bulan purnama muncul, kodok itu berubah menjadi
gadis yang pernah dia kenal sebelumnya. Maka dengan gugup dia
bertanya," kaukah kekasihku"? gadis itu tersenyum dengan manis dan
berkata, "ya aku adalah kekasihmu". Aku kemari, mencarimu karena aku
merindukanmu! Dan sebentar lagi aku akan melahirkan anakmu, itulah
kenapa aku bisa sampai di sini, karena akupun ingin melahirkan di
sampingmu.
Kini tiba saatnya, dengan tabah dan penuh kasih sayang, jejaka itu
membantu untuk memudahkan kelahiran. Namun setelah melihat apa yang
dilahirkan sang kekasih, betapa dia amat kecewa, yah..kekasihnya telah
melahirkan seekor kodok.
"Apa yang terjadi mas?"
"Tidak ada apa-apa, tenanglah!"
"Tidak ada apa-apa, tenanglah!"
Dengan sedih lelaki itu membawa bayi kodok ke pinggir pantai untuk
dibersihkan, dan setelah itu menyelimuti si bayi kodok dengan sarungnya.
"Bagaimana anak kita mas?"
"Anak kita sehat, tenanglah dan beristirahatlah dulu. Aku akan membersihkanmu".
"Anak kita sehat, tenanglah dan beristirahatlah dulu. Aku akan membersihkanmu".
Lelaki itu membujuk agar kekasihnya tidak melihat bayinya. Meskipun begitu, ia tetap bersikeras untuk melihat bayinya.
Seperti kerasukan roh jahat, lelaki itu berbicara dengan lantang
kepada kekasihnya,"tidak perlu kau lihat bayimu!" "Kau telah melahirkan
anak setan!"
Ketika tangan lelaki itu hendak mencekik leher kekasihnya, tiba-tiba
anak kodok yang di dalam sarung itu keluar, lalu menggigit leher
ayahnya. Karena merasa kesakitan, lelaki itu melepas cekikannya dan
bersamaan dengan peristiwa itu datanglah angin kencang,
sebentar-sebentar terdengar petir menyambar, diiringi hujan besar.
Dalam kesakitan, lelaki itu berusaha melangkah dengan gontai,
tangannya masih ingin mencekik kekasihnya. Dengan perasaan takut dan air
mata bercucuran, wanita itu lari menjauh dan bersembunyi di balik
bebatuan.
Ketika lelaki itu hendak mencari persembunyian kekasihnya, tiba-tiba
tubuhnya ditarik oleh sinar yang kuat. Sinar itu berasal dari kedua mata
kodok yang menggigitnya tadi. Sinar itu begitu kuat, sehingga ia tidak
bisa berkutik lagi, dia pingsan.
Dan sebelum pingsan, dia masih sempat mendengarkan ucapan kodok itu," ayah, sebenarnya aku sangat mencintai ayah!"
"Berhubung ayah ingin membunuh ibu, maka terpaksa sinar ini saya keluarkan".
"Ingat ayah, sinar tersebut berasal dari kekuatan roh jahat, yang akan merubah ayah menjadi seekor kodok!"
Tiba-tiba tubuh lelaki itu mengecil, jadilah tubuhnya sebesar bayi yang baru dilahirkan.
Wanita itu sejak tadi memperhatikan kejadian yang menimpa kekasihnya.Iapun amat sedih dengan kejadian itu.
Tak lama kemudian, tubuh lelaki yang sudah mengecil itu berubah wujud
menjadi seekor kodok. Dalam wujudnya yang telah menjadi kodok lelaki
itu berkata kepada kekasihnya, "Kekasihku, maafkan aku, karena semua ini
adalah akibat dari perbuatanku, maka sebelum aku mati, aku akan
memberitahukan bahwa kau telah melahirkan seekor kodok, dan itu tadi
adalah anak kita!"
"Duduklah kalian dekat sini, sebentar lagi aku akan mati, jagalah
pusaraku!" Tak lama kodok itupun mati. Namun keduanya dikagetkan dengan
perubahan pada kulit kodok yang mati, ternyata keras seperti batu.
Semakin keras sehingga keduanya tidak bisa mengangkatnya lagi. Dalam
kebingungan keduanya dikagetkan oleh suara yang ternyata adalah suara
kodok yang sudah mati,"wahai kekasihku dan anakku, bilamana kalian
meninggal nanti, maka akan seperti aku ini!"
Hari menjelang pagi, tatkala matahari terbit tubuh wanita itu
seketika berubah menjadi kodok. "anakku, saat ini aku harus ke kampung
untuk menemui pusara orang tuaku!"
Sesampainya di pusara orang tuanya, tiba-tiba kodok itu mendengar
suara ayahnya,"anakku, sebelum ayahmu ini meninggal, aku telah menemukan
jimat, yang bisa merubah dirimu dan anakmu untuk menjadi manusia!"
"Benda itu ada di kamarmu,setelah kamu ambil dari tempatnya, maka
benda itu hanya berfungsi selama 15 hari, di dalam benda itu terdapat 2
buah biji, yang berwarna merah dan hijau. Yang merah untukmu dan yang
hijau berikan kepada anakmu!" Ingat, jangan kau buka benda itu sebelum
bertemu anakmu, karena benda itu akan hancur dengan sendirinya setelah
setengah hari!"
Setelah mengambil benda itu, segera ia menuju pantai untuk menunggu
perahu yang akan membawanya ke tempat anaknya. Hari demi hari telah
dilalui, namun perahu yang ditunggu-tunggu tidak datang.
Saat yang ditentukan tiba, berputarlah benda itu membubung tinggi di
atas pepohonan, bersamaan dengan itu datanglah halilintar disusul dengan
gemuruhnya angin,dan kodok itupun terpental jauh tepat di tepi laut.
Kodok itu sudak tidak bergerak lagi. Di sinilah akhir hidup si kodok
wanita sebelum bisa menemui anaknya.
Nun jauh di sana terdengar tangisan sang anak yang menyayat hati,
menunggu-nunggu kedatangan ibunya. Anak kodok ini begitu setia menunggu
dan membersihkan pusara ayahnya. hari demi hari, bulan demi bulan, tahun
demi tahun, ibunya tiada kabar. Kurus nian tubuhnya. Seandainya ia tau
dimana ibunya, pasti ia akan menyusulnya.
Kini tubuhnya tidak bisa bergerak, hanya mulut yang menganga dan
matanya menatap ke arah samudera, dalam keadaan inilah ia dikejutkan
dengan kedatangan ibunya yang mengajaknya untuk meninggalkan dunia fana.
Kemudian tangan anak kodok itupun memegang tangan ibunya, dan
bersama-sama meninggalkan dunia fana.
Selain wisata alam sekarang dilokasi tanjung kodok di lengkapi Resort yang mewah
Sunan Drajat
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo mengkok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.
Selain wisata alam sekarang dilokasi tanjung kodok di lengkapi Resort yang mewah
. WBL (Wisata Bahari Lamongan )
Terletak di pesisir utara Pantai Jawa, tepatnya di kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan – Jawa Timur, Wisata Bahari Lamongan (WBL) menawarkan
oase tersendiri bagi wisatawan. Berdiri sejak tahun 2004 sebagai hasil
pengembangan objek wisata yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai
Tanjung Kodok.
Memadukan konsep wisata bahari dan dunia
wisata dalam areal seluas 11 hektare, WBL siap memanjakan pengunjung
dengan konsep one stop service mulai jam 08.30-16.30 WIB setiap harinya.
Didukung pula dengan hadirnya 3 wahana baru setiap tahunnya.
Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti Pasar Hidangan,
Pasar Wisata, Pasar Buah dan Ikan serta fasilitas umum lain seperti
Mushola, Klinik, ATM, Tempat Menyusui Ibu & Bayi, Toilet, Tempat
Parkir dan lain sebagainya.
Terhubung dengan Tanjung Kodok Beach
Resort dan Maharani Zoo & Goa, menjadikan perjalanan wisata anda
semakin nyaman dan berkesan.
. Wisata Religi
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
- Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
- Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
- Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
- Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
- Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
- Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo mengkok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.