Senin, 28 Januari 2013

Wisata Kabupaten Lamongan
jawa timur

1. Sejarah Lamongan
 Dulu Lamongan merupakan Pintu Gerbang ke Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Panjalu, Kerajaan Jenggala, Kerajaan Singosari atau Kerajaan Mojopahit, berada di Ujung Galuh, Canggu dan kambang Putih ( Tuban). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan Gujaratan (Gresik), merupakan daerah amat ramai , sebagai penyambung hubungan dengan Kerajaan luar Jawa bahkan luar Negeri.
Zaman Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur, Di Lamongan berkembang Kerajaan kecil Malawapati ( kini dusun Melawan desa Kedung Wangi kecamatan Sambeng ) dipimpin Raja Agung Angling darma dibantu Patih Sakti Batik Maadrim termasuk kawasan Bojonegoro kuno. Saat ini masih tersimpan dengan baik, Sumping dan Baju Anglingdarma didusun tersebut. Di sebelah barat berdiri Kerajaan Rajekwesi di dekat kota Bojonegoro sekarang.
Pada waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Merupakan daerah penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih. Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre Pamotan atau Sri Baduga Bhrameswara paman Raja Hayam Wuruk ( Petilasan desa Pamotan kecamatan Sambeng ), sebelumnya. Di bawah kendali Bhre Wengker ( Ponorogo ). Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Biluluk (Bluluk) Daerah Tenggulunan (Tenggulun Solokuro) , dan daerah Pepadhangan (Padangan Bojonegoro).
Menurut buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang mondok di Wonosrama Budha Syiwa bertempat di Balwa (desa Blawi Karangbinangun) , di Pacira ( Sendang Duwur Paciran), di Klupang (Lopang Kembangbahu) dan di Luwansa ( desa Lawak Ngimbang). Desa Babat kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantar 42 temapt sepanjang aliran bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam Prasasti Biluluk yang tersimpan di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di Lamongan yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa temapt lainnya.
Menjelang keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan Keerajaan Sengguruh (Singosari) bergantian dengan Kerajaan Kertosono (Nganjuk) dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan diperintah oleh Demung, bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu diperintah Rakrian Rangga samapi 1542M ( petilasan di Mushalla KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan ). Kekuasaan Mojopahit di bawah kendali Ario Jimbun (Ariajaya) anak Prabu Brawijaya V di Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah ( Raden Patah ) 1500 sampai 1518, lalu diganti anaknya, Adipati Unus 1518 sampai 1521 M , Sultan Trenggono 1521 sampai 1546 M.
Dalam mengembangkan ambisinya, sultan Trenggono mengutus Sunan Gunung Jati ( Fatahilah ) ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta, danCirebon. Ke timur langsung dpimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem, Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan ( Panarukan). Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan Rangga Kali Segunting ( Lamong ), ditaklukkan sendiri oleh Sultan Trenggono 1541 . Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan sengguruh (Singosari) dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki Ageng Panuluh, mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak dipimpin Raden Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi didaerah Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.
Tahun 1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang. Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing 10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya ( Soerodjojo) hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong. Tanggal tersebut dipakai sebagai Hari Jadi Lamongan.
Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10 Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam pengentasan banjir. Dulu ada pameo "Wong Lamongan nek rendeng gak iso ndodok, nek ketigo gak iso cewok" tapi kini diatasi dengan semboyan dari Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai "Memayu Raharjaning Praja" yang benar benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam memsejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat "Menehono mangan marang wong kangluwe, menehono paying marangwong kang kudanan , menehono teken marang wong kang wutho, menehono busaono marang wong kang wudho"

2. Wisata Lamongan
 . Gua maharani 





  
Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.Gua yang disebut juga sebagai gua Istana Maharani ini berada di kedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2. Diketemukan tanpa sengaja pada tanggal 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada tanggal 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan (saat itu Muhammad Faried)
 Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak di kurang lebih 500 m dari pantai laut Jawa dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban. Tidak jauh dari gua ini terdapat obyek wisata Wisata Bahari Lamongan atau yang terkenal dengan sebutan "Tanjung Kodok"
 Istana Maharani, demikian goa ini dinamakan oleh Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya.
Goa Istana Mahara­ni ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan fosfat dan pupuk dolomit yang dipimpin oleh mandor Sunyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah.
Nama maharani lahir dari mimpinya istri Sunyoto, sang mandor. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga­ - bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualisasikan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk gua yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko.

Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT. Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan Speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih tumbuh. Pertumbuhannya mencapai kurang lebih 1 Cm per sepuluh tahun. Karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth di Amerika Serikat dan gua Carlsbad di Perancis.
Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam gua dapat meman­carkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Kabupaten Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona disamping Tanjung Kodok dan situs purbakala Makam Sunan Drajat. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone pera­lihan dan zone inti, lokasi gua ini 100 m ke timur dari Tanjung Kodok.
Di dalam Goa memang terdapat stalaktit dan stalagmit yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna, yang sangat indah bersinar - sinar seperti mutu manikam intan baiduri.
Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut Lingga Pratala (me­nyerupai alat vital laki-laki), Yoni Pratiwi (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.
 Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, ada beberapa mitos yang dipercaya.
Salah satunya adalah tentang sosok Roro Ayu Mantili, putri dari kerajaan Madangkara, yang sering menampakkan diri di dalam gua didampingi para embannya.
Air suci ini bersumber pada sebuah sumur yang terletak di tengah gua yang berbentuk mulut naga. Air tersebut dapat dipergunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk seperti penyakit gila.
Menurut penuturan juru kunci Gua Maharani, Sugeng, bahwa setiap bulan suro Jumat Kliwon para wali Allah (Wali Songo) mengadakan pertemuan di dalam bagian gua yang berbentuk mulut naga tersebut. Ia juga pernah bertemu sapa dengan Bung Karno sebanyak dua kali di sana.
 Pengunjung yang ingin memasuki gua inti tersebut diwajibkan untuk kulonuwon (meminta izin) dengan mengucapkan salam kepada Eyang Singojoyo dan Eyang Dewi Berinting.
Gua ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 07.30-12.00 WIB dan pukul 13.00-17.00 WIB.

. Tanjung Kodok



 Pada jaman dahulu, ada jejaka dari daerah ini yang mencintai seorang gadis dari Bawean. Gadis ini adalah puteri dari seorang pembesar, yang sangat disegani di Bawean. Sedangkan jejaka itu pekerjaannya sehari-hari sebagai nelayan. Ketika jejaka itu berkunjung ke Bawean untuk menjual ikannya, maka kesempatan itulah untuk menemui si gadis.
 Lama-kelamaan hubungan mereka diketahui oleh ayah si gadis. Ayahnya sangat murka, akhirnya gadis itu dilarang untuk membeli ikan di pantai. Begitu pula ayahnya telah mengancam, akan membunuh nelayan itu, jika dia berkunjung ke Bawean lagi.
Hubungan mereka mengakibatkan kehamilan. Ayah si gadis sangat malu dan geram, maka dengan tak terduga terdengarlah kata-kata dari mulut sang ayah, "anak durhaka, kamu tidak pantas lagi menjadi anakku, maka lebih baik kamu menjadi kodok". Seketika itu juga si gadis yang cantik jelita berubah wujud menjadi kodok.
Mendengar kabar tersebut, sang jejaka menjadi sedih sekali. Maka sejak itu dia selalu menyendiri di pantai. Dan dia memutuskan untuk tinggal di pantai itu sampai akhir hayatnya.
Beberapa saat setelah dia tinggal di pantai, dia didatangi oleh seekor kodok. Dan ketika bulan purnama muncul, kodok itu berubah menjadi gadis yang pernah dia kenal sebelumnya. Maka dengan gugup dia bertanya," kaukah kekasihku"? gadis itu tersenyum dengan manis dan berkata, "ya aku adalah kekasihmu". Aku kemari, mencarimu karena aku merindukanmu! Dan sebentar lagi aku akan melahirkan anakmu, itulah kenapa aku bisa sampai di sini, karena akupun ingin melahirkan di sampingmu.
Kini tiba saatnya, dengan tabah dan penuh kasih sayang, jejaka itu membantu untuk memudahkan kelahiran. Namun setelah melihat apa yang dilahirkan sang kekasih, betapa dia amat kecewa, yah..kekasihnya telah melahirkan seekor kodok.
"Apa yang terjadi mas?"
"Tidak ada apa-apa, tenanglah!"
Dengan sedih lelaki itu membawa bayi kodok ke pinggir pantai untuk dibersihkan, dan setelah itu menyelimuti si bayi kodok dengan sarungnya.
"Bagaimana anak kita mas?"
"Anak kita sehat, tenanglah dan beristirahatlah dulu. Aku akan membersihkanmu".
Lelaki itu membujuk agar kekasihnya tidak melihat bayinya. Meskipun begitu, ia tetap bersikeras untuk melihat bayinya.
Seperti kerasukan roh jahat, lelaki itu berbicara dengan lantang kepada kekasihnya,"tidak perlu kau lihat bayimu!" "Kau telah melahirkan anak setan!"
Ketika tangan lelaki itu hendak mencekik leher kekasihnya, tiba-tiba anak kodok yang di dalam sarung itu keluar, lalu menggigit leher ayahnya. Karena merasa kesakitan, lelaki itu melepas cekikannya dan bersamaan dengan peristiwa itu datanglah angin kencang, sebentar-sebentar terdengar petir menyambar, diiringi hujan besar.
Dalam kesakitan, lelaki itu berusaha melangkah dengan gontai, tangannya masih ingin mencekik kekasihnya. Dengan perasaan takut dan air mata bercucuran, wanita itu lari menjauh dan bersembunyi di balik bebatuan.
Ketika lelaki itu hendak mencari persembunyian kekasihnya, tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh sinar yang kuat. Sinar itu berasal dari kedua mata kodok yang menggigitnya tadi. Sinar itu begitu kuat, sehingga ia tidak bisa berkutik lagi, dia pingsan.
Dan sebelum pingsan, dia masih sempat mendengarkan ucapan kodok itu," ayah, sebenarnya aku sangat mencintai ayah!"
"Berhubung ayah ingin membunuh ibu, maka terpaksa sinar ini saya keluarkan".
"Ingat ayah, sinar tersebut berasal dari kekuatan roh jahat, yang akan merubah ayah menjadi seekor kodok!"
Tiba-tiba tubuh lelaki itu mengecil, jadilah tubuhnya sebesar bayi yang baru dilahirkan.
Wanita itu sejak tadi memperhatikan kejadian yang menimpa kekasihnya.Iapun amat sedih dengan kejadian itu.
Tak lama kemudian, tubuh lelaki yang sudah mengecil itu berubah wujud menjadi seekor kodok. Dalam wujudnya yang telah menjadi kodok lelaki itu berkata kepada kekasihnya, "Kekasihku, maafkan aku, karena semua ini adalah akibat dari perbuatanku, maka sebelum aku mati, aku akan memberitahukan bahwa kau telah melahirkan seekor kodok, dan itu tadi adalah anak kita!"
"Duduklah kalian dekat sini, sebentar lagi aku akan mati, jagalah pusaraku!" Tak lama kodok itupun mati. Namun keduanya dikagetkan dengan perubahan pada kulit kodok yang mati, ternyata keras seperti batu. Semakin keras sehingga keduanya tidak bisa mengangkatnya lagi. Dalam kebingungan keduanya dikagetkan oleh suara yang ternyata adalah suara kodok yang sudah mati,"wahai kekasihku dan anakku, bilamana kalian meninggal nanti, maka akan seperti aku ini!"
Hari menjelang pagi, tatkala matahari terbit tubuh wanita itu seketika berubah menjadi kodok. "anakku, saat ini aku harus ke kampung untuk menemui pusara orang tuaku!"
Sesampainya di pusara orang tuanya, tiba-tiba kodok itu mendengar suara ayahnya,"anakku, sebelum ayahmu ini meninggal, aku telah menemukan jimat, yang bisa merubah dirimu dan anakmu untuk menjadi manusia!"
"Benda itu ada di kamarmu,setelah kamu ambil dari tempatnya, maka benda itu hanya berfungsi selama 15 hari, di dalam benda itu terdapat 2 buah biji, yang berwarna merah dan hijau. Yang merah untukmu dan yang hijau berikan kepada anakmu!" Ingat, jangan kau buka benda itu sebelum bertemu anakmu, karena benda itu akan hancur dengan sendirinya setelah setengah hari!"
Setelah mengambil benda itu, segera ia menuju pantai untuk menunggu perahu yang akan membawanya ke tempat anaknya. Hari demi hari telah dilalui, namun perahu yang ditunggu-tunggu tidak datang.
Saat yang ditentukan tiba, berputarlah benda itu membubung tinggi di atas pepohonan, bersamaan dengan itu datanglah halilintar disusul dengan gemuruhnya angin,dan kodok itupun terpental jauh tepat di tepi laut. Kodok itu sudak tidak bergerak lagi. Di sinilah akhir hidup si kodok wanita sebelum bisa menemui anaknya.
Nun jauh di sana terdengar tangisan sang anak yang menyayat hati, menunggu-nunggu kedatangan ibunya. Anak kodok ini begitu setia menunggu dan membersihkan pusara ayahnya. hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ibunya tiada kabar. Kurus nian tubuhnya. Seandainya ia tau dimana ibunya, pasti ia akan menyusulnya.
Kini tubuhnya tidak bisa bergerak, hanya mulut yang menganga dan matanya menatap ke arah samudera, dalam keadaan inilah ia dikejutkan dengan kedatangan ibunya yang mengajaknya untuk meninggalkan dunia fana. Kemudian tangan anak kodok itupun memegang tangan ibunya, dan bersama-sama meninggalkan dunia fana.

 Selain wisata alam sekarang dilokasi tanjung kodok di lengkapi Resort yang mewah

. WBL (Wisata Bahari Lamongan )




 Terletak di pesisir utara Pantai Jawa, tepatnya di kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan – Jawa Timur, Wisata Bahari Lamongan (WBL) menawarkan oase tersendiri bagi wisatawan. Berdiri sejak tahun 2004 sebagai hasil pengembangan objek wisata yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai Tanjung Kodok.

Memadukan konsep wisata bahari dan dunia wisata dalam areal seluas 11 hektare, WBL siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop service mulai jam 08.30-16.30 WIB setiap harinya. Didukung pula dengan hadirnya 3 wahana baru setiap tahunnya.

Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti Pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah dan Ikan serta fasilitas umum lain seperti Mushola, Klinik, ATM, Tempat Menyusui Ibu & Bayi, Toilet, Tempat Parkir dan lain sebagainya.
Terhubung dengan Tanjung Kodok Beach Resort dan Maharani Zoo & Goa, menjadikan perjalanan wisata anda semakin nyaman dan berkesan.
. Wisata Religi

Sunan Drajat




Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syari­fuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau me­ngambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Ia terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberha­silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi

Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
  1. Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo meng­kok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-­benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangu­nan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.

Rabu, 23 Januari 2013

Kabupaten Gresik - Sejarah, Budaya dan Apa yang ada di Dalamnya

Kabupaten Gresik


Lambang Kabupaten Gresik
Motto: Satya Bina Kertaraharja (Teguh Membangun Kesejahteraan)
Provinsi Jawa Timur
Dasar hukum -
Tanggal -
Ibu kota Kota Gresik
Pemerintahan
 - Bupati Dr. Ir. Sambari Halim R. M. Si
 - DAU Rp. 561.391.041.000,-(2011)[1]
Luas 1.137,05 km2
Populasi
 - Total 1.072.190 jiwa (2004)
 - Kepadatan 942,96 jiwa/km2
Demografi
 - Suku bangsa Jawa
 - Agama Islam, Kejawen, Konghucu
 - Bahasa Indonesia, Jawa
 - Kode area telepon 031
Pembagian administratif
 - Kecamatan 18 kecamatan
 - Kelurahan 330/26
 - Flora resmi  ????
 - Fauna resmi Rusa Bawean
 - Situs web Gresik Online

1. Lokasi
 Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten memiliki luas 1.191,25km² di Jawa Timur, Indonesia. memiliki
Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas pantai Laut Jawa. Ibu kota Kabupaten Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya.

2. Etimologi

Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti "gunung di tepi pantai", merujuk pada topografi kota yang berada di pinggir pantai.

3. Sejarah


Prasasti di Gresik
Menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa[2]
Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun[3]. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.
Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".
Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934.
Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan bupati pertama H. Soeflan. Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kawasan Bunder.
4. Tempat wisata 
  • Wisata Religi 
     Gresik adalah suatu kota yang berdiri di pesisir pantai utara jawa. Pada jaman dulu Gresik merupakan tempat persinggahan para pedagang arab. Di Gresik inilah awal mula dari ajaran islam di Indonesia yang dibawa oleh seorang pedagang yang bernama Siti Fatimah Binti Maimun.
      Gresik disebut juga sebagai kota santri, karena penduduknya mayoritas islam dan banyak berdiri pondok pesantren di kota Gresik ini. Selain itu di Gresik ada 5 Wali dari 9 Wali Songo yang dimakamkan di kota Gresik.Kelima wali tersebut adalah

    Sunan Giri

    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
    Langsung ke: navigasi, cari
    Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

    Daftar isi

    Silsilah

    Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian babad berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.
    Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
    Dalam Hikayat Banjar, Pangeran Giri (alias Sunan Giri) merupakan cucu Putri Pasai (Jeumpa?) dan Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Perkawinan Putri Pasai dengan Dipati Hangrok melahirkan seorang putera. Putera ini yang tidak disebutkan namanya menikah dengan puteri Raja Bali, kemudian melahirkan Pangeran Giri. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha Patih Maudara.

    Kisah

    Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya itu. Lalu, Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat bali sekarang ini.
    Versi lain menyatakan bahwa pernikahan Maulana Ishaq-Dewi Sekardadu tidak mendapat respon baik dari dua patih yang sejatinya ingin menyunting dewi sekardadu (putri tunggal Menak sembuyu sehingga kalau jadi suaminya, merekalah pewaris tahta kerajaan. Ketika Sunan Giri lahir, untuk mewujudkan ambisinya, kedua patih membuang bayi sunan giri ke laut yang dimasukkan ke dalam peti.[rujukan?]
    Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) - yakni sabar dan sobir - dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra.
    Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku, mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.

    Dakwah dan kesenian

    Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
    Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
    Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.

    Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


    3 Votes

    Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
    Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2] Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
    Isteri Maulana Malik Ibrahim
    Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
    Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
  • Wisata alam

Pantai Delegan, Gresik




Pantai Delegan. Bagi sobat yang berada di daerah Surabaya dan sekitarnya yang ingin menikmati pemandangan pantai bersama keluarga, tidak ada salahnya mencoba berlibur di pantai Delegan ini. Memang pantai ini tak seindah Pantai Kuta di Bali, namun pantai ini lebih indah dan layak dikunjungi daripada Pantai Kenjeran yang ada di Surabaya. Bukannya merendahkan pantai Kenjeran, tapi pantai di Surabaya itu tidak seindah waktu dulu saat saya masih kecil.

Pantai Delegan

Kembali lagi ke Pantai Delegan. Pantai ini terletak di Desa Delegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, sekitar 40 km dari pusat Kota Gresik. Pantai ini selalu ramai dikunjungi saat akhir pekan atau hari libur, namun saat hari biasa, pengunjung di pantai ini relatif sepi.Pantai ini membentang sepanjang 2,3 kilometer dengan hamparan pasir putih kecoklatan. Airnya berwarna hijau, namun saat ombaknya tidak terlalu besar, airnya lebih jernih. Pantai ini menjadi favorit para warga gresik maupun wisatawan yang sedang berlibur ke kota ini selain berziarah ke makam wali songo.
Di pantai ini pengunjung bisa berenang di pantai dengan menyewa ban sebagai pelampungnya. Harga sewa ban berkisar antara 3 ribu sampai 7 ribu rupiah sepuasnya. Bila ingin menguji adrenalin, sarana flying fox juga ada disini, tapi tidak tiap hari ada, biasanya pada akhir pekan atau hari libur, permainan flying foxnya dibuka. Persewaan kano disini juga ada. 
Di tepi pantai banyak kios penjual makanan dan minuman, serta di sepanjang pinggir pantai ditumbuhi pohon-pohon waru sehingga membuat suasana pantai lebih teduh.

Di pantai ini pengunjung bisa berenang di pantai dengan menyewa ban sebagai pelampungnya. Harga sewa ban berkisar antara 3 ribu sampai 7 ribu rupiah sepuasnya. Bila ingin menguji adrenalin, sarana flying fox juga ada disini, tapi tidak tiap hari ada, biasanya pada akhir pekan atau hari libur, permainan flying foxnya dibuka. Persewaan kano disini juga ada. 
Di tepi pantai banyak kios penjual makanan dan minuman, serta di sepanjang pinggir pantai ditumbuhi pohon-pohon waru sehingga membuat suasana pantai lebih teduh.
 Tradisi lelang bandeng, menjadi tradisi tahunan para petani tambak di Kota Santri, Gresik, Jawa Timur dalam menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri. Tradisi memamerkan atau kontes bandeng hasil panen para petani tambak ini digelar sekali dalam setahun yakni pada malam 29 Ramadan.
  Tradisi lelang bandeng ini diawali dengan pembukaan Pasar Bandeng Rakyat di Pasar Baru, Jalan Gubernur Suryo, Kecamatan Gresik Kota, Kabupaten Gresik.
 Tiket masuk ke pantai Delegan waktu terakhir saya kesana bersama kawan-kawan sekitar Rp 5.000/orang ditambah biaya parkir kendaraan.

Tradisi unik


  Salah satu tradisi unik Gresik adalah Lelang bandeng tradisional ini berbeda dengan pasar bandeng pada umumnya, karena pada tradisi lelang ini petani hanya menjual bandengnya yang ukuran besar berkisar antara satu hingga tujuh kilogram per ekornya.
  Tradisi yang hanya digelar pada malam 29 Ramadan ini, ini diiukuti oleh 156 petani tambak dari berbagai penjuru wilayah di Gresik.
  Bandeng tersebut, selanjutnya, telah dipelihara selama hampir delapan tahun, dan sengaja dipersiapkan untuk mengikuti pesta lelalng bandeng.
  Salah seorang warga Gresik, Ali Bustami, mengatakan langganan membeli bandeng di pasar lelang. Dia sengaja membeli yang ukurannya lebih besar dibandingkan ukuran bandeng pada umumnya karena rasanya yang lebih gurih dan lezat.
  Selain untuk dikonsumsi sehari-hari bersama keluarga, ikan bandeng tersebut juga menjadi hidangan spesial untuk menyambut sanak keluarga dan tamu yang datang berkunjung ke rumah dalam rangka merayakan Idul Fitri.